8.10.10

Menunggu

Waiting #1
2009
Tommas Titus Kurniawan

Waiting #2
2009
Tommas Titus Kurniawan

Waiting #3
2009
Tommas Titus Kurniawan

Unxious #1
2009
Tommas Titus Kurniawan

Unxious #2
2009
Tommas Titus Kurniawan


Worried #1
2009
Tommas Titus Kurniawan

Worried #2
2009
Tommas Titus Kurniawan

(Has been exhibited at the Umar Kayam Foundation in 2009)

                                                     Poster


Menunggu, Semangat yang Ambigu

Agak lama, atau barangkali sudah cukup lama, saya menyaksikan anak-anak muda Semarang memotret. Mereka tampak gesit, menenteng kamera canggih, serba mahal, dan terkesan sangat bergaya. Kendati begitu, tak ada garansi di antara kelimun akan lahir semangat yang menggebu, yang kontinu.

Tommas Titus Kurniawan pantas disebut mewakili mereka yang sedikit itu. Sekonyong-konyong ia hadir di beberapa tempat terpencil, termasuk di satu-dua kota kecil, memamerkan sejumlah fotonya. Ini gelagat anomali dikontraskan dengan kecenderungan terbesar anak muda yang mukim di Semarang.

Tentang semangat, jelas anak muda kelahiran Lumajang, Jawa Timur, itu pantas didukung. Justru pada ranah ini anak-anak muda penggemar fotografi, di Semarang, sering kelimpungan. Semangat saja nihil, apalagi menyoal praktiknya.

Dengan bersemangat, Tommas memotret. Hasratnya meletup, gairahnya terlecut: memotret, memotret terus. Dengan cara ini ia belajar. Ia belajar pula mematut gagasan, merancang tematika, menyusun elemen ruang-waktu, termasuk menawarkan nilai.

Dalam pameran ini, yang memaparkan foto-foto monokromatik, Tommas mengajak pemandang turut mengalami kondisi psikologis orang-orang yang sedang menunggu. Ini sesuatu aktivitas yang pasif, dalam senyap, sekaligus penuh kecamuk. Tak jelas bagaimana menerangkan dunia-dalam, subyektivitas mereka. Cuma terungkap, menunggu adalah pengalaman ontologis yang ambigu.

Setakat ini, dunia atau bagaimana realitas dialami pun terasa ambigu. Kita tak pernah paham benar tentang sesuatu yang nyata, yang riil, yang barangkali semua itu lekas terlampaui, melaju dalam halai-balai. Entah apa yang tercerap dari realitas semacam itu, apalagi di dalam selembar foto.

Akan halnya tentang sebuah semangat, yang bergelora, pada sisi sebaliknya, ia bisa gontai dan terkulai. Walhasil, semangat pun ambigu. Tentu punya semangat lebih baik.
Selamat berpameran.

Tubagus P. Svarajati,
Direktur Rumah Seni Yaitu, Semarang

No comments: